HOAX MASALAH NIAT

Pertanyaan

Maaf kiyai bagaimana hukum melafadzkan niat apakah benar itu hukumnya bid’ah dan dibid’ahkan juga oleh para ulama seperti imam Nawawi?

Jawaban

Beredar broadcast yang menyatakan bahwa melafalkan niat puasa tidak ada dalam al Qur’an dan hadits, bukan juga ajaran ulama Madzhab manapun. Begitu juga dengan mencantumkan fatwa Imam Nawawi rahimahullah secara serampangan, dipotong sedemikian rupa sehingga seakan-akan beliau termasuk yang melarang melafalkan niat dalam ibadah.

Jelas bahwa ini adalah bentuk kedustaan. Siapapun yang membuat dan turut menyebarkan wajib bertaubat karena telah berkhianat terhadap amanah ilmu agama dan syariat.

Mari kita simak penjelasan hukum melafalkan niat dari para ulama yang sebenarnya.

  1. Imam Nawawi dalam al Majmu’ (6/289) berkata:

وَمَحَلُّ النِّيَّةِ الْقَلْبُ وَلَا يُشْتَرَطُ نُطْقُ اللِّسَانِ بِلَا خِلَافٍ وَلَا يَكْفِي عَنْ نِيَّةِ الْقَلْبِ بِلَا خِلَافٍ وَلَكِنْ يُسْتَحَبُّ التَّلَفُّظُ مَعَ الْقَلْبِ

“Tempatnya niat adalah hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan dengan lisan berdasarkan kesepakatan ulama. Memang tidak sah niat yang tidak dengan hati, tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah ini, tetapi dianjurkan untuk melafalkan niat dengan lisan bersama dengan niat di hati.”

  1. Imam Ibnu Qudamah dalam al Mughni (1/544) berkata:

ومعنى النية القصد ومحلها القلب وإن لفظ بما نواه كان تأكيدا

“Makna niat adalah kehendak dan tempatnya di dalam hati. Jika seorang melafalkan apa yang dia niatkan, maka hal itu sebagai penguat (niat yang ada di dalam hati).” 

  1. Imam Ramli dalam Nihayatul Muhtaj (1/437) berkata:

ويندب النطق بالمنوي 

“Disunnahkan melafalkan niat.”

  1. Muhammad bin Qasim al Ghazi dalam Fath al Qarib hal. 137 berkata:

ويجب التعيين في صوم الفرض كرمضان؛ وأكمل نية صومه أن يقول الشخص.

“Wajib bagi seseorang untuk menentukan (niat) dalam puasa wajib seperti puasa Ramadhan. Dan membaguskan niat puasanya dengan malafadzkan niatnya…”

  1. Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam Fiqh Islam (3/1571)

ومحل النية: القلب، ولا تكفي باللسان قطعاً، ولا يشترط التلفظ بها قطعاً. لكن يسن عند الجمهور (غير المالكية) التلفظ بها، والأولى عند المالكية ترك التلفظ بها.

“Tempat niat memang di dalam hati. Tidak cukup hanya dengan diucap di lisan saja. Dan memang tidak disyaratkan melafalkannya secara pasti. Akan tetapi menurut mayoritas ulama (selain Malikiyyah) dianjurkan untuk melafalkannya.”

  1. Ibnu Taimiyah dalam Majmu Fatawa (1/214) berkata:

ولكن تنازع العلماء هل يستحب اللفظ بالنية على قولين فقال طائفة من أصحاب أبي حنيفة والشافعي وأحمد يستحب التلفظ بها لكونه أوكد. 

“Akan tetapi para ulama’ telah berselisih, apakah dianjurkan untuk melafalkan niat? ada dua pendapat: Sebagian sahabat Abu Hanifah, Syafi’i, dan Ahmad berpendapat dianjurkan untuk melafalkannya karena hal itu lebih mantap.”

  1. Disebutkan dalam kitab al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (42/ 67) sebagai berikut:

إن الفقهاء اختلفوا في الحكم التكليفي للتلفظ بالنية فذهب الحنفية في المختار والشافعية والحنابلة في المذهب إلى أن التلفظ بالنية في العبادات سنة ليوافق اللسان القلب.

Sesungguhnya ulama fiqih berbeda pendapat tentang melafalkan niat. Madzhab Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali (jumhur ulama) sepakat menyatakan bahwa melafalkan niat di setiap ibadah hukumnya sunnah dengan menyerasikan antara lafaz niat dengan niat yang ada di hati.”

Mengucap niat di lisan itu hanya upaya menguatkan niat yang ada di dalam hati. Persis seperti garis yang dibuat untuk meluruskan shaf shalat berjama’ah di masjid. Lalu ada yang meributkan garis yang sudah lurus hanya gara-gara garis itu tidak ada dalam al Qur’an dan hadits?

Related Articles